Kegundahan Seorang Teman

Ini adalah ungkapan hati dari salah satu sodara Akang yang dikirimkam melalui email Bertani Mandiri. Dia merasa prihatin dengan kondisi lahan sawah yang semakin kesini semakin kurang menjanjikan bagi petani. Juga terenyuh melihat penderitaan yang mungkin dirasakan sebagian besar petani, khususnya yang ada di kampungnya umumnya mah seluruh petani Indonesia. Berikut isi curhatnya:

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kang, kumaha damang? Sateuacana nepangkeun ieu sareng Nanang ti Berengkel tercinta. Mau curhat ajah ya, kang! Kebetulan bahasana campur aduk ogé tidak apa-apalah, he... he... he... Sebelumnya makasih juga untuk alamat web nya!

Mungkin kang Aji udah denger sebelumya dari mang Ogok tentang ketertarikan Nanang pada pertanian organik. Kebetulan waktu itu mang Ogok ngajak ke sawah kang Aji yang katanya dikelola secara organik. Wahhhh, lain bohong... jujur paréna saé pisan dibanding anu sanés mah!!!

Nah, gini yang Nanang curhatkeun kang.....

Makin kesini kehidupan petani dan cara bertani makin memprihatinkan dan cenderung salah kaprah. Petani cenderung berorientasi pada hasil dengan mengabaikan proses yang semestinya. Petani jaman sekarang sepertinya lupa bahwa bertani téh termasuk harus bersahabat dengan alam. Ceuk bahasa keren mah kalau kita bersahabat dengan alam, maka alam juga akan berasahabat dengan kita. Tul ga, kang???

Nanang mah lihat patani sekarang prihatin, kang!!! Jangankan lihat orang lain, jujur, orang tua sendiri juga kan petani, turunan petani, sadudulur petani, hasil yang didapat dari bertani dari musim ke musim, tahun ke tahun cenderung menurun. Tidak bisa lagi diandalkan sebagai sandaran hidup. Ya itu tadi, Nanang melihatnya pola bertani yang ga bener, salah urus lahan sawah. terutama pemahaman mereka tentang penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Ketergantungan petani akan pupuk dan pestisida kimia sangat besar, bahkan mungkin sangat-sangat bergantung. Mereka lupa dan cenderung mangabaikan kesuburan dan unsur hara yang dimiliki tanah sebagai sarat mutlak tumbuhnya tanaman, cieee.....

Basic Nanang memang bukan pertanian, tapi apa salahnya melihat potensi sumber daya alam yang luar biasa di desa kita. Hamparan sawah sejauh mata memandang yang menjadi mata pencaharian sebagian besar warga. Kelak, mungkin saja musnah karena kebodohan dan ketidak tahuan kita pada pola bertani yang semestinya.

Kebetulan secara benang merah mah mungkin Nanang dan kang Aji punya konsep dan cita-cita yang sama lah tentang bertani téh kos kumaha??? Bertani yang ramah lingkungan, ramah untuk kesehatan, tanpa pupuk dan pestisida kimia. Bahasa ngetren namah bertani organik. Leres, kang???

Nah, kalau kang Aji bersedia Nanang mau belajar sama kang Aji tentang bertani organik yang ramah lingkungan, hemat biaya tapi hasil maksimal he... he... he... Kalau kang Aji ga keberatan berabagi ilmu dan informasi, Nanang berterimakasih pisan!!!

Jujur, Nanang memang masih awam pisan tapi Insyaalloh ada niatan untuk belajar. Ingin namah supaya patani téh beralih semua ke konsep bertani organik. Tapi memang Nanang ogé sadar, kang. Hambatannya pasti luar biasa sulitnya terutama ka petani konvensional. Tapi sagala pasti aya jalana!!!

Oke kang, segini dulu ajah curhatnya... maap pami pabaliut... hehehe... Tapi moga2 pahamlah... Kapan2 dilanjut lagi, kang!!!

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

BERENGKEL... GO ORGANIK 2012 (target ha... ha... ha...)


Ini adalah beberapa foto yang dikirimkannya, dari lahan-lahan sawah yang terserang hama dan penyakit.

wereng

sundep

sundep

sundep

Dari beberapa petani yang berhasil diwawancarai di sawahnya, mereka (petani) sudah menggunakan berbagai cara dan bermacam-macam pestisida, termasuk BBM jenis solar, untuk membendung serangan tersebut. Tapi hasil yang didapat, duit habis hasil tidak ada. Hama dan penyakit tanaman padi tidak mau pergi dari lahannya, tetap ada. Malahan, sepertinya, semakin hari semakin bertambah banyak.

Mungkin hal tersebut akibat dari penggunaan pestisida kimia yang terus-menerus dan berkesinambungan, sehingga menyebabkan hama dan penyakit kebal terhadapnya.