Peranan Pestisida dan Bahayanya

Tidak bisa dipungkiri bahwa pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Penggunaannya dengan cara yang tepat dan aman adalah hal mutlak yang harus dilakukan mengingat walau bagaimanapun, pestisida adalah bahan yang beracun.

Penggunaan pestisida yang salah atau pengelolaannya yang tidak bijaksana akan dapat menimbulkan dampak negatif, baik langsung maupun tidak langsung bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Program Lingkungan Persatuan Bangsa-bangsa (UNEP), 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja yang bekerja di sektor pertanian.

Sebagian besar kasus keracunan pestisida tersebut terjadi di negara berkembang, yang 20.000 diantaranya berakibat fatal. Jumlah keracunan yang sebenarnya terjadi diperkirakan lebih tinggi lagi, mengingat angka tersebut didapati dari kasus yang dilaporkan sendiri oleh korban, maupun dari angka statistik.

Banyak kasus keracunan yang terjadi di lapangan tidak dilaporkan oleh korban sehingga tidak tercatat oleh instansi yang terkait. Di Indonesia sebagai negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian, sejak repelita ke-3 telah melakukan berbagai program untuk Penyehatan Lingkungan Pemukiman dalam upaya pengamanan pestisida. Namun hingga kini masih didapat kasus-kasus keracunan pestisida yang cukup serius pada para pelakuk sektor tersebut.

Fakta dan data akibat penggunaan pestisida
1.     Ditemukannya data penyakit-penyakit akut yang diderita pada kelompok petani, seperti hamil anggur pada isteri-isteri petani di Lembang.
2.     12 orang petani di Klaten meninggal dunia akibat keracunan pestisida.
3.     18 penduduk transmigrasi di Lampung Utara meninggal akibat racun tikus, penyakit kulit eksim basah, TBC, dan kanker saluran pernafasan.
4.     Ditemukan katak cacat tanpa sebelah kaki akibat penggunaan pestisida kimia oleh staf pengajar Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
5.     Penipisan cangkang telur burung elang.
6.     25% dari 2.400 wanita pada tahun antara 1959 - 1966 yang pernah melahirkan bayi dengan bobot di bawah normal memiliki kandungan DDT yang telah terurai pada darahnya lima kali lebih besar dari kadar normal.
7.     Tahun 2001 terjadi kematian pada ayam-ayam di sekitar lahan pertanian akibat akumulasi paparan pestisida yang terbawa angin. (Kusnadi Umar Said, Puncak Jawa Barat).

Data tersebut diatas di ambil dari berbagai sumber termasuk informasi dari majalah pertanian. Jadi prospek 2 sampai 5 tahun mendatang pangan organik merupakan tren komoditas bisnis yang sangat bagus. Dalam hal ini pemerintah telah mencanangkan program GO GREEN 2010 untuk mendorong dan membantu para pelaku pertanian kembali ke sistem pertanian organik.

Sekarang rata-rata para petani di Indonesia sudah banyak yang membuka lahan dan mengembangkan pertanian organik. Terbukti menurut komentar para petani yang sudah terlebih dahulu mengembangkan dan membudidayakan pertanian organik, income yang diperoleh mereka lebih baik dari sebelumnya, saat masih bertani dengan sistem konvensional yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia.

Alasan lain, disamping pendapatan hasil pertaniannya meningkat mereka juga menikmati pola dan gaya sehat secara alamiah dan murah.