Penyakit merupakan suatu kondisi tidak normal yang menyebabkan fungsi tanaman terganggu. Adanya penyakit dapat diketahui dari gejala yang dialami tanaman. Beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman padi, diantaranya bercak coklat, blast, hawar daun bakter, dan tungro.
1. Bercak Cokelat
Penyebabnya adalah cendawan helminthosporium oryzae. Cendawan ini sering menyerang tanah yang kurang subur atau tanah beririgasi kurang baik. Gejala serangan antara lain timbulnya bercak-bercak cokelat seperti biji wijen terutama pada daun, tetapi dapat pula terjadi pada tangkai malai, bulir, dan batang. Bercak muda berbentuk bulat kecil, berwarna coklat gelap. Bercak yang sudah tua berukuran lebih besar (0,4-1 cm X 0,1-0,2 cm), berwarna coklat dengan pusat kelabu. Kebanyakan bercak mempunyai warna kuning di sekelilingnya. Serangan ini bisa mengakibatkan hilangnya hasil panen sampai 50% dan biji berkualitas rendah.
Pengendalian penyakit ini dengan cara memprbaiki kesuburan tanah, yaitu dengan memberikan pupuk kandang atau kompos. Sebab tanah yang subur tidak akan mudah diserang cendawan tersebut. Tanam varietas yang tahan. Gunakan benih yang sehat atau beri perlakuan fungisida atau air panas pada benih. Pupuk yang seimbang terutama K yang cukup. Sanitasi lapang. Pengolahan tanah yang cukup, pengairan dan drainase yang baik sehingga akar tumbuh dengan baik. Penyemprotan fungisida dilakukan pada masa anakan maksimum.
2. Blast
Blast menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan yang disebabkan oleh cendawan pyricularia oryzae. Faktor pemicunya adalah terlalu banyak menggunakan pupuk yang mengandung unsur N serta curah hujan dan kelembaban tinggi. Gejalanya adalah adanya bercak seprti mata pada daun padi atau berbentuk belah ketupat, lebar ditengah dan kedua ujung meruncing. Selain pada daun, infeksi juga menyerang ruas batang dan leher malai.
Pengendalian serangan penyakit ini dilakukan dengan cara menggunakan varietas yang tahan secara bergantian, menghindari penggunaan pupuk yang mengandung unsur N terlalu banyak, waktu tanam harus tepat agar saat pembungaan tidak banyak embun atau hujan, atau melakukan penyemprotan dengan fungisida secara berkala.
3. Hawar Daun Bakteri
Hawar daun bakteri (HDB) adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan pertanaman padi mengalami puso. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri xanthomonas oryzae pv. oryzae yang dapat menginfeksi tanaman mulai dari pembibitan sampai panen. Ada dua macam gejala penyakit HDB. Gejala yang muncul pada saat tanaman berumur kurang dari 30 hari setelah tanam, yaitu pada persemaian atau tanaman yang baru dipindah ke lapang, disebut kresek. Gejala yang timbul pada fase anakan sampai pemasakan disebut hawar (blight). Secara spesifik tanda-tanda tanaman terserang adalah timbulnya bercak berwarna kuning sampai putih, berawal dari terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi daun. Bercak bisa mulai dari salah satu atau kedua tepi daun yang rusak dan berkembang hingga menutupi seluruh helaian daun. Apabila infeksi melalui akar atau pangkal batang, tanaman terlihat kering seperti terbakar.
Pengendalian penyakit ini seyogyanya dilakukan dengan penggunaan varietas yang memiliki ketahanan lebih dari satu gen ketahanan (polygenic resisstant), menanam varietas yang berbeda dalam satu hamparan, pastikan jerami dari tanaman sakit sudah terdekomposisi sempurna sebelum pindah tanam, hindari pemupukan N yang berlebihan, dan jarak tanam jangan terlalu rapat.
4. Tungro
Tungro adalah penyakit padi yang disebabkan virus tungro yang dibawa oleh wereng. Serangan penyakit ini mengakibatkan tanaman menjadi kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang berwarna kuning sampai oranye. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi.
Bila serangan terjadi pada saat tanaman masih muda, sekitar umur 10-20 hari, akan menyebabkan kehilangan hasil sedikitnya 65%. Sedangkan untuk serangan saat tanaman berada pada fase akhir, kehilangan hasil tidak terlalu besar, yaitu sekitar 10-20%.
Pengendaliannya dengan cara memberantas berbagai jenis rumput liar yang merupakan sumber infeksi bagi penyakit ini, rotasi tanaman dengan palawija, menanam varietas yang tahan tungro, pembajakan di bawah sisa tunggul yang terinfeksi, cabut dan bakar tanaman yang sakit, dan tanam dengan menggunakan sistem tabela atau SRI.
Pestisida organik untuk menanggulangi penyakit padi
Ramuan yang pertama menggunakan tembakau, cabe rawit, dan bawang merah masing-masing 1 kg, serta kapur dan belerang 1 ons. Semua bahan digiling atau ditumbuk menjadi satu hingga halus, kemudian tambahkan air sebanyak 1/10 (sepersepuluh) dari jumlah bahan dan aduk-aduk sampai tercampur merata. Setelah didiamkan selama 12 jam, peras dan saring. Cairan siap untuk digunakan.
Dalam pengaplikasiannya pestisida tersebut disemprotkan ke tanaman yang terserang dengan dosis 4 cc/liter air. Untuk pencegahan lakukan setiap 5-7 hari sekali, sedangkan untuk penanggulangan tiga hari sekali.
Yang kedua menggunakan formula tunggal, yaitu dengan urin sapi. Sebelum digunakan urin harus diendapkan terlebih dahulu dalam wadah terbuka selama dua minggu agar terkena sinar matahari. Setelah itu, urin diencerkan dengan enam bagian air. Baru, campuran larutan disemprotkan.
Terakhir, ramuan dibuat dari daun mimba, tembakau, dan kunyit masing-masing 1 gengam, urin sapi 2 liter, dan air 12 liter. Daun mimba, tembakau dan kunyit dihaluskan, lalu direndam dengan air. Setelah 14 hari disaring. Air hasil saringan dicampur dengan urin sapi yang telah diendapkan selama 14 hari juga. Semprotkan campuran tersebut ke tanaman yang terserang, tanpa harus diencerkan lagi.